Kedekatan Anak dengan Ibu Cegah Paham RadikalIlustrasi (ist)
Jakarta, NU Online
Peneliti pada Divisi Riset Psikologi Sosial Terapan atau Division for Applied Sosial Psycology Research (DASPR) Daya Makara Universitas Indonesia (UI), Vici Sofianna Putera mengungkapkan peran ibu sangat besar untuk menjauhkan seseorang terbawa kepada paham radikal.
“Di Indonesia ada pola di mana orang tua apalagi ibu sangat mengawasi anak-anaknya bahkan sampai si anak menikah, berkeluarga dan mempunyai anak,” katanya kepada NU Online di Jakarta, Rabu (16/5).
Hal itu menurut Vici membawa sisi positif karena seorang anak akan mempertimbangkan pendapat ibunya dalam menentukan sebuah langkah. Berdasarkan pengalaman terjun sebagai peneliti dan mewawancarai narapidana terorisme (napiter), banyak napiter yang menjawab tidak peduli dengan istri bahkan anaknya.
Tetapi saat ditanya apakah ingat ibu, napiter bahkan menangis dan ingin kembali ke pangkuan ibu mereka. Mereka biasanya sadar bahwa bergabung dengan kelompok radikal dan melakukan tindakan teror adalah kesalahan.
Pria yang juga dosen Psikologi Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta ini menambahkan sangat berbahaya bila seseorang yang terindikasi mengikuti kelompok radikal mulai memutuskan hubungan dengan orangtua mereka.
“Berani mengatakan orangtua kafir, ini yang memang sangat bahaya bila hubungan ini terputus,” ujarnya.
Vici meyakini setiap orang sebenarnya merasa ada kedekatan dengan ibunya. Setiap orang memiliki perasaan bahwa ibu adalah orang yang berperan sehingga patut didengarkan.
“Ibu tahu dari kecil, mengurus sejak kecil. Ibu pasti mampu mengubah paham radikal, sehingga orang tidak mau melakukan aksi teror,” paparnya. (Kendi Setiawan/Fathoni)
Kedekatan Anak dengan Ibu Cegah Paham RadikalIlustrasi (ist)
Jakarta, NU Online
Peneliti pada Divisi Riset Psikologi Sosial Terapan atau Division for Applied Sosial Psycology Research (DASPR) Daya Makara Universitas Indonesia (UI), Vici Sofianna Putera mengungkapkan peran ibu sangat besar untuk menjauhkan seseorang terbawa kepada paham radikal.
“Di Indonesia ada pola di mana orang tua apalagi ibu sangat mengawasi anak-anaknya bahkan sampai si anak menikah, berkeluarga dan mempunyai anak,” katanya kepada NU Online di Jakarta, Rabu (16/5).
Hal itu menurut Vici membawa sisi positif karena seorang anak akan mempertimbangkan pendapat ibunya dalam menentukan sebuah langkah. Berdasarkan pengalaman terjun sebagai peneliti dan mewawancarai narapidana terorisme (napiter), banyak napiter yang menjawab tidak peduli dengan istri bahkan anaknya.
Tetapi saat ditanya apakah ingat ibu, napiter bahkan menangis dan ingin kembali ke pangkuan ibu mereka. Mereka biasanya sadar bahwa bergabung dengan kelompok radikal dan melakukan tindakan teror adalah kesalahan.
Pria yang juga dosen Psikologi Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta ini menambahkan sangat berbahaya bila seseorang yang terindikasi mengikuti kelompok radikal mulai memutuskan hubungan dengan orangtua mereka.
“Berani mengatakan orangtua kafir, ini yang memang sangat bahaya bila hubungan ini terputus,” ujarnya.
Vici meyakini setiap orang sebenarnya merasa ada kedekatan dengan ibunya. Setiap orang memiliki perasaan bahwa ibu adalah orang yang berperan sehingga patut didengarkan.
“Ibu tahu dari kecil, mengurus sejak kecil. Ibu pasti mampu mengubah paham radikal, sehingga orang tidak mau melakukan aksi teror,” paparnya. (Kendi Setiawan/Fathoni)
0 Response to "Kedekatan Anak dengan Ibu Cegah Paham Radikal"
Post a Comment