Bersatu Melawan Teroris Berselimut Agamailustrasi: picbon.com
Oleh: Ahmad Ishomuddin
Sungguh mencemaskan dan menyedihkan hati kita saat agama dieksploitasi untuk mencapai tujuan kelompok tertentu. Mereka mencari dalih pembenar dari agama untuk meraih ambisi politiknya. Karenanya mereka bukan hanya tak segan bertikai, tetapi juga berani terang-terangan bersikap radikal, menyebar teror dan menghalalkan pembunuhan jiwa-jiwa manusia hingga yang tak berdosa.
Ke arah mana pun kita mengarahkan pandangan di wilayah Timur Tengah, seperti di Irak, Suriah, Yaman, Libya dan lain-lain, tempat di mana berjuta umat Islam berada, maka kita akan melihat nasib manusia yang diselimuti oleh kepiluan, ketakutan, kesengsaraan dan rasa tersiksa. Mereka itu bagai sedang hidup di dalam neraka. Ya, neraka yang apinya menyala-nyala, mengancam dan sangat menggoncangkan jiwa manusia di mana saja. Itulah perang saudara yang tak seorang pun tahu kapan akan berakhirnya.
Pada suasana itu, di sana nyawa manusia tak berharga, apalagi harta dan kehormatan manusia. Di antara manusia yang semula bersaudara saling memfitnah, berpecah belah bercampur aroma darah, penembakan, pemboman, pemenggalan kepala anak manusia, pengusiran berjuta manusia, dan kesengsaraan hidup di pengungsian menjadi pemandangan yang biasa. Semuanya jauh dari rasa aman, apalagi rasa nyaman. Setiap orang di sana, saudara-saudara kita, kehilangan kesenangan, lebih-lebih lagi ketenangan.
Negeri-negeri muslim yang dalam sejarah masa lalu itu sangat dikenal dengan ketinggian peradabannya dihancurkan oleh segelintir manusia beragama namun jauh untuk bisa disebut sebagai orang yang beradab. Kebiadaban mereka itu diselimuti agama yang santun melalui topeng politik meraih kekuasaan dan keuntungan duniawi untuk mewujudkan "khilafah islamiyyah" sebagaimana teror oleh da'isy (ISIS) dan kelompok-kelompok "jihadis" sektarian yang semaunya mudah mengkafirkan sesama muslim yang tak sejalan atau menghalangi tujuan mereka.
Apa yang mereka lakukan itu sungguh mencoreng dan menodai citra positif ajaran Islam dan berdampak sangat buruk bagi kaum Muslim di seantero dunia. Itulah tragedi kemanusiaan yang sesungguhnya sangat tidak dikehendaki oleh agama sama sekali.
Manusia beragama pada kulit-kulitnya itu dengan tanpa merasa berdosa dengan mudahnya mengkafirkan siapa saja, mengkafirkan sesama ahl al-qiblat, dan lalu bebas membunuhi siapa saja dengan alasan jihad fi sabilillah, yang menurut mereka hanya bermakna perang, dan jika mereka terbunuh atau mekakukan bom bunuh diri mereka merasa mati syahid. Lebih-lebih lagi terhadap non-Muslim yang di mana pun adalah musuh yang nyawa atau hartanya tiada harga.
Itulah tragedi kemanusiaan karena salah paham dalam memahami substansi dan maksud dari diturunkannya agama. Kemaksiatan dan kekafiran menurut ajaran Islam yang benar sesungguhnya tidak boleh dijadikan sebagai alasan untuk menumpahkan darah atau menghilangkan nyawa orang lain.
Saya renungkan bahwa pertumpahan darah di semua tempat itu bermula masuk melalui pertikaian, saling curiga, saling bermusuhan di antara sesama warga bangsa itu yang kemudian mengakibatkan rasa gentar dan kehilangan kekuatan sehingga dikuasai oleh musuh-musuh yang jahat dari mana pun mereka berasal.
Penulis adalah Rais Syuriyah PBNU
Bersatu Melawan Teroris Berselimut Agamailustrasi: picbon.com
Oleh: Ahmad Ishomuddin
Sungguh mencemaskan dan menyedihkan hati kita saat agama dieksploitasi untuk mencapai tujuan kelompok tertentu. Mereka mencari dalih pembenar dari agama untuk meraih ambisi politiknya. Karenanya mereka bukan hanya tak segan bertikai, tetapi juga berani terang-terangan bersikap radikal, menyebar teror dan menghalalkan pembunuhan jiwa-jiwa manusia hingga yang tak berdosa.
Ke arah mana pun kita mengarahkan pandangan di wilayah Timur Tengah, seperti di Irak, Suriah, Yaman, Libya dan lain-lain, tempat di mana berjuta umat Islam berada, maka kita akan melihat nasib manusia yang diselimuti oleh kepiluan, ketakutan, kesengsaraan dan rasa tersiksa. Mereka itu bagai sedang hidup di dalam neraka. Ya, neraka yang apinya menyala-nyala, mengancam dan sangat menggoncangkan jiwa manusia di mana saja. Itulah perang saudara yang tak seorang pun tahu kapan akan berakhirnya.
Pada suasana itu, di sana nyawa manusia tak berharga, apalagi harta dan kehormatan manusia. Di antara manusia yang semula bersaudara saling memfitnah, berpecah belah bercampur aroma darah, penembakan, pemboman, pemenggalan kepala anak manusia, pengusiran berjuta manusia, dan kesengsaraan hidup di pengungsian menjadi pemandangan yang biasa. Semuanya jauh dari rasa aman, apalagi rasa nyaman. Setiap orang di sana, saudara-saudara kita, kehilangan kesenangan, lebih-lebih lagi ketenangan.
Negeri-negeri muslim yang dalam sejarah masa lalu itu sangat dikenal dengan ketinggian peradabannya dihancurkan oleh segelintir manusia beragama namun jauh untuk bisa disebut sebagai orang yang beradab. Kebiadaban mereka itu diselimuti agama yang santun melalui topeng politik meraih kekuasaan dan keuntungan duniawi untuk mewujudkan "khilafah islamiyyah" sebagaimana teror oleh da'isy (ISIS) dan kelompok-kelompok "jihadis" sektarian yang semaunya mudah mengkafirkan sesama muslim yang tak sejalan atau menghalangi tujuan mereka.
Apa yang mereka lakukan itu sungguh mencoreng dan menodai citra positif ajaran Islam dan berdampak sangat buruk bagi kaum Muslim di seantero dunia. Itulah tragedi kemanusiaan yang sesungguhnya sangat tidak dikehendaki oleh agama sama sekali.
Manusia beragama pada kulit-kulitnya itu dengan tanpa merasa berdosa dengan mudahnya mengkafirkan siapa saja, mengkafirkan sesama ahl al-qiblat, dan lalu bebas membunuhi siapa saja dengan alasan jihad fi sabilillah, yang menurut mereka hanya bermakna perang, dan jika mereka terbunuh atau mekakukan bom bunuh diri mereka merasa mati syahid. Lebih-lebih lagi terhadap non-Muslim yang di mana pun adalah musuh yang nyawa atau hartanya tiada harga.
Itulah tragedi kemanusiaan karena salah paham dalam memahami substansi dan maksud dari diturunkannya agama. Kemaksiatan dan kekafiran menurut ajaran Islam yang benar sesungguhnya tidak boleh dijadikan sebagai alasan untuk menumpahkan darah atau menghilangkan nyawa orang lain.
Saya renungkan bahwa pertumpahan darah di semua tempat itu bermula masuk melalui pertikaian, saling curiga, saling bermusuhan di antara sesama warga bangsa itu yang kemudian mengakibatkan rasa gentar dan kehilangan kekuatan sehingga dikuasai oleh musuh-musuh yang jahat dari mana pun mereka berasal.
Penulis adalah Rais Syuriyah PBNU
Bersatu Melawan Teroris Berselimut Agamailustrasi: picbon.com
Oleh: Ahmad Ishomuddin
Sungguh mencemaskan dan menyedihkan hati kita saat agama dieksploitasi untuk mencapai tujuan kelompok tertentu. Mereka mencari dalih pembenar dari agama untuk meraih ambisi politiknya. Karenanya mereka bukan hanya tak segan bertikai, tetapi juga berani terang-terangan bersikap radikal, menyebar teror dan menghalalkan pembunuhan jiwa-jiwa manusia hingga yang tak berdosa.
Ke arah mana pun kita mengarahkan pandangan di wilayah Timur Tengah, seperti di Irak, Suriah, Yaman, Libya dan lain-lain, tempat di mana berjuta umat Islam berada, maka kita akan melihat nasib manusia yang diselimuti oleh kepiluan, ketakutan, kesengsaraan dan rasa tersiksa. Mereka itu bagai sedang hidup di dalam neraka. Ya, neraka yang apinya menyala-nyala, mengancam dan sangat menggoncangkan jiwa manusia di mana saja. Itulah perang saudara yang tak seorang pun tahu kapan akan berakhirnya.
Pada suasana itu, di sana nyawa manusia tak berharga, apalagi harta dan kehormatan manusia. Di antara manusia yang semula bersaudara saling memfitnah, berpecah belah bercampur aroma darah, penembakan, pemboman, pemenggalan kepala anak manusia, pengusiran berjuta manusia, dan kesengsaraan hidup di pengungsian menjadi pemandangan yang biasa. Semuanya jauh dari rasa aman, apalagi rasa nyaman. Setiap orang di sana, saudara-saudara kita, kehilangan kesenangan, lebih-lebih lagi ketenangan.
Negeri-negeri muslim yang dalam sejarah masa lalu itu sangat dikenal dengan ketinggian peradabannya dihancurkan oleh segelintir manusia beragama namun jauh untuk bisa disebut sebagai orang yang beradab. Kebiadaban mereka itu diselimuti agama yang santun melalui topeng politik meraih kekuasaan dan keuntungan duniawi untuk mewujudkan "khilafah islamiyyah" sebagaimana teror oleh da'isy (ISIS) dan kelompok-kelompok "jihadis" sektarian yang semaunya mudah mengkafirkan sesama muslim yang tak sejalan atau menghalangi tujuan mereka.
Apa yang mereka lakukan itu sungguh mencoreng dan menodai citra positif ajaran Islam dan berdampak sangat buruk bagi kaum Muslim di seantero dunia. Itulah tragedi kemanusiaan yang sesungguhnya sangat tidak dikehendaki oleh agama sama sekali.
Manusia beragama pada kulit-kulitnya itu dengan tanpa merasa berdosa dengan mudahnya mengkafirkan siapa saja, mengkafirkan sesama ahl al-qiblat, dan lalu bebas membunuhi siapa saja dengan alasan jihad fi sabilillah, yang menurut mereka hanya bermakna perang, dan jika mereka terbunuh atau mekakukan bom bunuh diri mereka merasa mati syahid. Lebih-lebih lagi terhadap non-Muslim yang di mana pun adalah musuh yang nyawa atau hartanya tiada harga.
Itulah tragedi kemanusiaan karena salah paham dalam memahami substansi dan maksud dari diturunkannya agama. Kemaksiatan dan kekafiran menurut ajaran Islam yang benar sesungguhnya tidak boleh dijadikan sebagai alasan untuk menumpahkan darah atau menghilangkan nyawa orang lain.
Saya renungkan bahwa pertumpahan darah di semua tempat itu bermula masuk melalui pertikaian, saling curiga, saling bermusuhan di antara sesama warga bangsa itu yang kemudian mengakibatkan rasa gentar dan kehilangan kekuatan sehingga dikuasai oleh musuh-musuh yang jahat dari mana pun mereka berasal.
Penulis adalah Rais Syuriyah PBNU
0 Response to "Bersatu Melawan Teroris Berselimut Agama"
Post a Comment