Nabi Hud adalah cucu dari Nabi Nuh atau keturunan dari Sam bin Nuh yang berasal dari suku 'Ad, suku yang hidup di Jazirah Arab, di suatu tempat bernama Al-Ahqaf yang terletak di utara Hadramaut antara Yaman dan Oman.
Menurut catatan sejarah, kaum 'Ad merupakan salah satu suku tertua sesudah kaum Nabi Nuh. Sebagaimana kaum Nabi Nuh, kaum 'Ad juga tidak mengenal Allah sebagai Tuhannya. Mereka membuat patung-patung yang diberi nama Shamud dan Alhattar, serta disembah sebagai Tuhan. Mereka berkeyakinan bahwa patung-patung tersebut dapat memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan, serta bisa menolak kejahatan, kerugian, dan segala musibah.
Sebenarnya, nenek moyang kaum 'Ad telah mendapatkan pengajaran keagamaan yang memberi petunjuk pada jalan yang diridhai oleh Allah Swt. Namun, anak cucu mereka melupakan ajaran dan agama yang dibawa oleh nabi sebelumnya, yaitu Nabi Idris dan Nabi Nuh.
Kemudian, Allah Swt. mengutus Nabi Hud kepada kaum 'Ad untuk kembali ke jalan yang benar, menyembah dan beriman kepada Allah Swt. serta tidak menyekutukan-Nya. Akan tetapi, ajakan dan seruan Nabi Hud justru ditanggapi dengan permusuhan. Mereka menganggap Nabi Hud sebagai manusia biasa yang tidak mempunyai kemampuan atau kelebihan apa pun dibandingkan mereka. Mereka menganggap Nabi Hud sebagai pembohong, bodoh, dan telah mengubah kebiasaan yang telah dilakukan oleh para leluhur mereka.
Dakwah yang disampaikan oleh Nabi Hud diacuhkan dan tidak digubris oleh kaum 'Ad. Mereka tetap saja membangkang dan menolaknya. Kedurhakaan kaum 'Ad ini dikisahkan dalam al-Qur'an, sebagaimana firman Allah Swt. berikut:
QS. al-Mu'minuun
"Dan, berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia, '(Orang) Ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum. Dan, sesungguhnya jika kamu sekalian menaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian, kamu benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi. Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian, bahwa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kamu sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu)? Jauh jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu, kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi." (QS. al-Mu'minuun [23]: 33-37)
Kaum 'Ad hidup sangat makmur. Mereka juga memiliki peradaban yang tinggi, unggul dalam bidang pertanian karena melimpahnya air. Selain itu, mereka juga memiliki harta dan binatang ternak yang banyak. Tempat mereka ketika itu menjadi ladang yang subur dan hijau, penuh dengan kebun-kebun yang indah dan mata air.
Akan tetapi, meskipun Allah Swt. memberikan nikmat yang melimpah ruah kepada kaum 'Ad, mereka tidak bersyukur, bahkan mereka menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Mereka sembah patung-patung, dan mereka adalah kaum yang pertama menyembah patung setelah banjir besar zaman Nabi Nuh.
Tidak hanya itu, mereka juga mengerjakan berbagai maksiat dan dosa serta melakukan kerusakan di bumi. Nabi Hud yang diutus kepada mereka untuk menunjukkan jalan yang lurus dengan menyembah Allah Swt. dan melarang mereka berbuat syirik dan melakukan berbagai kemaksiatan, tidak mereka gubris.
Ketika Nabi Hud mengingatkan kaum 'Ad bahwa mereka akan ditimpa azab jika terus berbuat kemungkaran, mereka justru mengolok-olok Nabi Hud dan menantang agar disegerakan azab tersebut. Mereka berkata, "Maka, datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar."
Akhirnya, datanglah azab kepada kaum 'Ad yang durhaka. Allah Swt. mengirimkan hawa yang panas yang membuat sumur-sumur dan sungai-sungai menjadi kering, tanaman dan buah-buahan mati, hujan pun berhenti turun dalam waktu yang cukup lama.
Setelah kekeringan berlangsung cukup lama, kemudian datang awan yang besar. Ketika mereka melihatnya, mereka bergembira dan mengira bahwa mereka akan diberikan curahan hujan. Kaum 'Ad mengira bahwa awan itu akan datang membawa kebaikan untuk mereka, menghilangkan haus dahaga mereka, memberi minum hewan-hewan mereka dan menyirami kebun dan tanaman-tanaman mereka. Padahal, awan itu datang merupakan azab dari Allah Swt.
Kaum yang durhaka itu pun dimusnahkan oleh Allah Swt. dengan ditimpa angin yang kencang selama 7 malam 8 hari tanpa henti. Semua kekayaan dan kemegahan yang selama ini mereka banggakan binasa seketika. Berhala-berhala yang mereka sembah tak mampu menolong, bahkan ikut binasa bersama mereka. Peristiwa ini dikisahkan dalam firman-Nya berikut:
QS. al-Ahqaaf 24 25
"Maka, tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka, 'Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami! (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera, (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya. Maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi, kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa." (QS. al-Ahqaaf [46]: 24-25)
Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur'an, Nabi Hud dan kaumnya yang beriman kepada Allah Swt. diselamatkan dari azab tersebut. Nabi Hud pun pergi bersama orang-orang yang beriman ke tempat yang lain dan terus beribadah kepada Allah Swt. hingga ajal menjemput mereka.
0 Response to "ASTAGFIRULLAHALA'ZIM.....AZAB YANG MENIMPA KAUM 'AD"
Post a Comment