”Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan salah seorang dari Amr bin Hisyam (Abu Jahal) atau Umar bin Khathab,” demikian ungkapan Rasulullah saw dalam sebuah doanya. Sangat beralasan apabila Rasulullah yang mulia meminta agar Allah Swt mengaruniakan hidayah kepada salah seorang dari keduanya. Sebab, baik Amr bin Hisyam maupun Umar bin Khathab, merupakan dua sosok penting kaum Quraisy yang memiliki kekuatan, talenta luar biasa, kecakapan, dan pengaruh yang besar. Allah Swt mengabulkan doa Nabi tersebut. Umar bin Khathab dipilih sebagai salah seorang ”pendamping” Nabi dalam menyebarkan risalah Islam, tepatnya pada 616 Masehi.
Masuknya Umar ke dalam pangkuan Islam telah membawa kekuatan baru dalam dakwah Nabi. Dakwah Islam yang dilakukan secara diam-diam, atas usulan Umar, mulai dilakukan secara terang-terangan sehingga menimbulkan kegoncangan bagi kaum kafir Quraisy. Seorang sejarawan mengatakan bahwa masuk Islamnya Umar sama efeknya dengan sebuah kudeta militer karena pengaruhnya yang besar bagi dakwah. Umar dengan segala talentanya; keberanian, ketegasan, keadilan, kearifan, kekuatan fisik, kecerdasan akal, kemuliaan akhlak, dan kenegarawanannya, menjadi sahabat Rasulullah yang paling banyak dibicarakan karena gagasan-gagasannya yang cerdas dan revolusioner serta kontribusinya yang besar dalam dakwah.
Michael H. Hart dalam bukunya 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah (Pustaka Jaya, 1990:264) bahkan menyebut Umar bin Khathab sebagai khalifah terbesar sekaligus paling berpengaruh di antara semua pemimpin Islam setelah Nabi Muhammad saw. Dalam bukunya tersebut, Hart menuliskan, ”Setelah Nabi Muhammad, dia merupakan tokoh utama dalam hal penaklukkan oleh Islam. Tanpa penaklukkannya yang secepat kilat, diragukan apakah Islam bisa tersebar luas sebagaimana dapat kita saksikan sekarang ini. Terlebih lagi, kebanyakan daerah yang ditaklukkan pada masa pemerintahnanya tetap menjadi Arab hingga kini.” (Hart, 1990:266)
Fakta sejarah memang membuktikan bahwa pada masa kekhalifahan Umar bin Khathab, wilayah kekuasaan Islam bertambah luas, yaitu meliputi Mesir, Libya, Persia, Irak, Armenia, Khurasan, Nisabur, Syria, Ghaza, Baitul Maqdis hingga beberapa daerah di sekitar Laut Tengah dan Afrika Utara.
Sejatinya, peran seorang Umar bin Khathab pun bukan sekadar penakluk hebat, tokoh yang berjuluk Al-Faruq ini pun menjadi peletak sistem pemerintahan modern, termasuk di dalamnya mekanisme pemerintahan di daerah, menetapkan sistem peradilan Islam, membangun angkatan kepolisian dan militer yang disegani, membangun baitul mal wa tamwil, menciptakan uang logam, menyusun sistem kalender Islam, dan aspek-aspek penting lainnya bagi tegaknya sebuah tatanan masyarakat modern.
Umar bin Khathab wafat pada tahun ke-13 Hijriyah setelah ditikam oleh seorang Majusi bernama Abu Lu’lu’ah ketika sedang menunaikan shalat Subuh. Dia wafat setelah mewariskan infrastruktur yang kuat bagi sebuah peradaban Islam yang akan bertahan berabad-abad lamanya.
Ada sejumlah kata hikmah yang dinisbatkan kepada Umar bin Khatbab yang masih dapat kita simak sampai saat ini, antara lain:
Ketahuilah, kedudukanmu di mata Allah adalah dengan melihat tingkat penerimaan masyarakat kepadamu.
Kebajikan yang ringan adalah menunjukkan muka berseri-seri dan mengucapkan kata-kata lemah-lembut.
Hendaklah engkau selalu bersikap jujur, kendati ia akan membunuhmu.
Bergaullah dengan manusia berdasarkan akhlak yang baik, dan bedakanlah dirimu dari mereka dengan perbuatan-perbuatanmu.
Tiga perkara di mana engkau bisa menunjukkan cintamu kepada saudaramu: memberi salam jika engkau bersua dengannya, memberinya tempat duduk dan memanggilnya dengan sebutan yang paling ia sukai.
Tidak ada nikmat kebaikan yang Allah berikan setelah Islam, selain saudara yang saleh. Jika kalian merasakan kecintaan dari saudaranya, maka peganglah kuat-kuat persaudaraan dengannya.
Sesungguhnya, Allah akan menutupi aibmu selagi engkau menutupi aibmu sendiri.
Aku telah membuktikan bahwa kenikmatan hidup itu ada pada kesabaran kita dalam berkorban.
Kalau engkau berkuasa untuk berbuat aniaya kepada hamba-hamba Allah, ingatlah bahwa Allah lebih berkuasa lagi membalasnya.
Jika engkau sabar, hukum Allah tetap berjalan dan engkau mendapat pahala. Namun jika engkau tidak sabar tetap berlaku ketentuan Allah sedang engkau berdosa.
Bertenggang waktu dalam segala hal adalah baik, kecuali dalam mengerjakan amal kebaikan untuk akhirat.
Barangsiapa jernih hatinya, Allah akan menampakkan kebaikan yang nyata di wajahnya. Barangsiapa yang jernih hatinya, Allah akan memperbaiki apa yang nyata di wajahnya.
RUJUKAN
Abdurrahim, Sulaiman. 2008. SMS for the Soul: Pesan Berhikmah Dari Para Ulama. Bandung: Salamadani.
Ahmad, Jamil. 2000. Seratus Muslim Terkemuka. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Hart, Michael H. 1990. 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sucipto, Hery. 2003. Ensiklopedi Tokoh Islam: Dari Abu Bakr sampai Nashr dan Qardhawi. Bandung: Mizan.
0 Response to "Umar bin Khathab, Pilar Penguat Dakwah Nabi saw."
Post a Comment